Ajaran Yesus bukanlah Ketaatan pada Hukum melainkan Kasih dan Pengampunan

Pada dasarnya, aturan dibuat untuk memanusiakan manusia, yakni hidup lebih baik dan bermartabat bukan menyengsarakan bahkan untuk menghancurkan manusia melalui kepentingan kalangan tertentu. Robert Bringhurst, seorang penyair dan penulis kebangsaan Kanada mengatakan “Langgarlah peraturan, dan langgarlah dengan cara yang indah, telah dipertimbangkan dengan masak, dan baik. Itulah salah satu tujuan adanya peraturan.”

Yesus sering melanggar larangan-larangan sabat Yahudi. Akibatnya la dimusuhi dan mendapat perlawanan sengit dari pemimpin-pemimpin Yahudi, yang memang bertugas dan bertanggung jawab menjaga dan melestarikan tatanan itu.

Apakah Yesus kontra dengan setiap aturan dan larangan? Ia kontra dengan setiap aturan dan larangan yang sudah tidak memanusiawikan manusia lagi. Dengan ini Yesus memperlihatkan bahwa diri-Nya bukan seorang yang legalis, tetapi seorang yang mencintai manusia. Dia tidak menekankan ketaatan pada hukum sebagai inti ajaran-Nya, tetapi kasih dan pengampunan.

Bagi orang-orang Yahudi kesetiaan menaati sabat mendatangkan keselamatan. Cara berpikir dan keyakinan seperti itulah yang membuat orang-orang Yahudi sangat keras dalam menaati larangan sabat. Akibatnya mereka pun menjadi sangat keras, bahkan kejam terhadap orang-orang yang melanggar larangan-larangan sabat.

Namun yang terjadi adalah orang Farisi menjadikan larangan sabat sebagai jerat dan halangan bagi orang-orang yang mau berbuat baik. Di sisi lain mereka memberlakukan dan membenarkan diri sendiri dengan penangguhan larangan sabat dalam setiap bahaya kematian dengan lebih memilih keselamatan hewan piarahan daripada keselamatan manusia. Itu berarti nilai perikehewanannya lebih tinggi dari perikemanusiaannya. Pada hal seharusnya manusia dihargai lebih tinggi dari pada hewan.

Kasarnya dapat dikatakan bahwa larangan sabat itu sudah tidak memanusiawikan manusia lagi. Larangan-larangan itu sudah jauh melenceng dari tujuan yang dimaksudkan Allah dengan perintah “kuduskanlah hari Sabat”. Karena itu Yesus sengaja “melanggar” larangan-larangan sabat itu dengan perbuatan-perbuatan baik dan manusiawi untuk mengoreksi dan mengembalikannya pada spiritualitas asali dari perintah Allah.

Pelajaran inilah yang mau disampaikan Yesus kepada kita. Kita harus berani mendobrak dan merombak aturan-aturan yang sudah tidak berperikemanusiaan lagi. Kita juga harus memperjuangkan dan menetapkan aturan yang menjunjung tinggi hak dan martabat manusia.Patut disadari bahwa peraturan dan hukum Allah tidak pernah mengesampingkan dan menyingkirkan kebutuhan hidup kita sebagai manusia.

Dalam permenungan hari kelima pada Pekan Keluarga KAM, mari mencermati setiap aturan yang dibuat dalam keluarga atau komunitas masing-masing. Sungguhkah aturan itu membuat relasi antara orangtua dan anak menjadi semakin menampakkan cinta kasih? Atau jangan-jangan aturan yang ada semakin membuat anak semakin tertekan dan terkungkung yang terbalut dalam sikap “ngge-ngge” (asal bapak dan ibu senang).

Mari merenung dan mari berbuat!!!

Diakon Rico Tamsil Simbolon,OFMCap

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)