Bersihkanlah Hatiku ya Tuhan

Pengaruh Yesus begitu besar di kalangan rakyat sehingga berdampak pula pada politik kekuasaan. Para pemimpin agama merasa kekuasaan mereka terusik dan terancam. Mereka merasa tersaingi dan bahkan digugat. Itu sebabnya, kehidupan Yesus mulai diamat-amati dan dibuntuti. Gaya hidup, perbuatan, dan pengajaran Yesus selalu mendapat kritikan dari para pemimpin agama.

Dalam bacaan hari ini, orang Farisi dan ahli Taurat menuduhYesus dan murid-murid-Nya telah melanggar “tradisi para penatua” karena tidak mencuci tangan sebelum makan. Yang dimaksudkan bukanlah pencucian tangan biasa dengan tujuan higienis melainkan sesuatu yang bersifat ritual. Sebab, orang-orang Farisi dan semua orang Yahudi tidak makan sebelum mencuci tangan mereka sampai ke siku. Talmud Babilonia menyejajarkan orang yang makan tanpa mencuci tangan dengan orang yang melakukan hubungan dengan pelacur, dan Talmud menyatakan bahwa orang yang memandang sepele pencucian tangan akan dicabut dari dunia ini (Kel 30:18-21).

Yesus menjelaskan kepada orang banyak bahwa apa yang masuk ke mulut manusia tidak membuatnya najis, tetapi apa yang dikeluarkan. Orang-orang Farisi bersikap kaku dalam mematuhi hal-hal lahiriah seputar hukum-hukum kenajisan namun mereka gagal untuk menyadari bahwa kekotoran batin yang sebenarnya adalah dosa. Penyakit, dan kekotoran batin yang membuat seseorang najis adalah hal-hal dalam kehidupan yang merupakan hasil dari kehadiran dosa dan kematian.

Singkatnya: hati manusia menghasilkan dosa, dan dosa membawa kutukan, dan kutukan membawa penyakit, kekotoran batin dan kematian. Allah mengatur ritual untuk mengatasi kekotoran batin dan kematian sebagai cara untuk mengingatkan Israel akan fakta bahwa mereka ternodai oleh dosa.

Bagaimanapun, nilai dari hukum atau aturan adalah untuk mengembangkan kebenaran, bukan untuk menyediakan sejumlah peraturan eksternal yang mengikat. Yesus lebih peduli bahwa orang-orang mengerti bahwa untuk mengembangkan kebenaran mereka harus diubah di dalam hati mereka sehingga mereka akan menghasilkan kebenaran dan bukan kenajisan. Oleh karena itu, mencuci tangan tidak lagi menjadi langkah penting ke arah itu ketika hati menjadi najis.

Ritual tanpa realitas iman tidak ada harganya. Adalah lebih penting bagi kita untuk mendapatkan hati mereka yang benar dengan Tuhan daripada mengutamakan urutan ritual. Mendapatkan hati yang benar bersama Allah dimulai dengan iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, menemukan pengampunan dan penyucian dari Allah melalui Dia, dan mengikuti dengan setia ajaran-ajaran-Nya tentang kehidupan rohani.

Semoga para pemimpin tidak membutakan dirinya dengan hal duniawi yang semata yang hanya menguntungkan dirinya sendiri, menyesatkan dan menuntun umatnya ke dalam lubang kehancuran dengan ajaran-ajaran palsunya yang terbungkus halus dan rapi namun mengandung “ujaran kebencian” dan tipu daya.

Oleh : Diakon Rico Tamsil Simbolon,OFMCap

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)