BERSYUKUR ATAS CINTA ALLAH YANG TANPA BATAS

Hari Kamis Putih – Mengenang Perjamuan Tuhan (06 April 2023)

Kel 12:1-8; 11-14; Mzm 116:12-13.15-16bc. 17-18; 1 Kor 11:23-26; Yoh 13:1-15

Selamat hari Kamis Putih saudara – saudari terkasih.

Dalam perayaan Kamis Putih ini kita merenungkan betapa besar Cinta Allah bagi kita. Sejak Allah menciptakan manusia, Allah tetap setia mecintai kita. Apakah kita tidak pantas bersyukur?

Bagi Bangsa Yahudi, Paskah merupakan suatu perayaan dan tanda menyatakan bahwa Allah tetap membimbing dan membebaskan umat-Nya. Dalam perayaan ini, Israel mengucap syukur atas karya agung Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan Mesir (Ul 16:1-3).Mereka merayakan Paskah menurut tata cara sebagaimana disampaikan Allah kepada Musa. Makanan Paskah terdiri roti tak beragi, daging anak domba yang dipanggang dan sayuran pahit. Mereka makan malam dalam pakaian perjalanan: mengenakan ikat pinggang, berkasut dan tongkat di tangan dalam sikap tergesa – gesa (Kel 12: 11-15.17).

Itulah sebabnya, perayaan Paskah disebut juga ”pesta siaga untuk perjalanan”. Mereka selalu harus siap siaga menghadapi perjuangan yang menguras banyak tenaga melintasi Laut Merah dan padang gurun yang gersang dan melelahkan. Bangsa Israel harus senantiasa memperjuangkan kebebasannya. Bangsa Israel melakukannya dengan penuh syukur. seperti umat Yahudi merayakan Paskah sebagai kenangan akan pembebasan mereka oleh Allah dari perbudakan Mesir, demikian pula Gereja sesuai dengan perintah Kristus merayakan dan memperingati Paskah Kristus: beralih dari dunia kepada Bapa (Yoh 13:1). Karenanya kita pantas bersyukur kepada Allah.

Dalam perayaan Kamis Putih hari ini kita pantas bersyukur atas Cinta Allah yang tanpa batas dalam diri Yesus Kristus. Cinta kasih Kristus kepada manusia sangat nampak dalam perayaan Ekaristi. Dalam perayaan Ekaristi Cinta Kristus diwujudkan dalam ”penyerahan tubuh dan darah-Nya untuk damai kita”. Allah menerima penyerahan diri Kristus dan merelakan Anak-Nya karena cinta kepada manusia. Maka pantaslah kita menyatakan syukur kita yang paling luhur, karena Kristus telah mengubarkan diri sepenuhnya kepada Allah Bapa, seperti yang diimani oleh Paulus: ”Setiap kali makan roti ini dan minum dari piala ini, kamu mewartakan kematian Kristus” (1Kor 11:11-25).

Dalam Injil dinyatakan kepada kita bahwa ”penyerahan diri Kristus” dalam bentuk pelayanan kasih, yang harus menjadi dasar sikap para murid Yesus, dalam pelayanan mereka terhadap sesama. Dalam perjamuan perpisahan Yesus dengan para murid-Nya, Yesus tidak mewariskan pesan – pesan dalam bentuk pidato dan ceramah, melainkan meninggalkan sebuah kenangan yang indah, yaitu CINTA KASIH. ”Aku telah memberikan teladan bagimu, supaya kamu juga berbuat yang sama seperti yang telah Kuperbuat padamu” (Yoh 13:15). Karena kasihNya kepada sesama, Yesus bukan saja rela menjadi hamba yang merendahkan diri (membasuh kaki para murid), melainkan juga bersedia menyerahkan diriNya bagi murid – muridNya (sengsara dan wafatNya). Sungguh Yesus menjadi teladan KASIH.

Kerelaan Kristus menyerahkan seluruh diri-Nya kepada Bapa harus memberanikan kita mengikuti jalan yang sudah ditempuh-Nya sendiri. Sebagai murid – murid Yesus kita yakin bahwa tidak ada jalan lain yang lebih menjamin keselamatan, selain menyatukan diri dengan Kristus dalam hidup-Nya dalam tubuh dan darah-Nya. Semoga kita para murid Yesus mau belajar bagaimana mengasihi sesama dan bagaimana saling mengasihi satu sama lain demi terciptanya damai dan sukacita.

Dari Biara Kapusin Emmaus Helvetia, saya RP. Albertus Pandiangan, OFMCap saya berdoa bagi saudar/i terkasih dan menyampaikan salam damai. Tuhan memberkati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)