“Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Mat 3:2)

Minggu Adven II – 4 Desember 2022

Yes 11:1-10; Mzm 72:1-17; Rm 15: 4-9; Mat 3:1-12

Selamat berjumpa saudara-saudari yang terkasih. Damai dan sukacita bagi kita semua. Sekarang ini kita memasuki Minggu adven II. Hari ini Yohanes Pembaptis menyerukan kepada kita: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Mat 3:2)

Pada hari Minggu ini ditampilkan kepada kita Yohanes Pemandi sebagai tokoh yang menjadi inspirator bagi kita. Semua kita sudah mengenal Yohanes dari kesaksian Injil sebagai figur yang penting dalam menyiapkan kedatangan Tuhan Yesus. Dia sangat berani menegur siapapun yang hidupnya tidak baik. Yohanes Pembaptis memberitakan: “Persiapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan bagiNya” (Mat 3:3). Dengan hidup yang sederhana, puasa dan mati raga, Ia menyerukan tobat dengan berkata: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” (Mat 3:2).

Dengan melihat penampilan dan kesaksian hidup Yohanes yang sederhana, banyak orang berdatangan dari Yerusalem, Yudea dan daerah sekitar Yordan. Mereka meminta untuk dibaptis. Kepada orang-orang yang datang, Yohanes tidak segan-segan menegur dan mengkritik cara hidup mereka yang tidak terpuji. Kepada golongan rohaniawan yang datang, yakni kaum Farisi dan Saduki, Yohanes mengecam dan berkata: “Hai kamu keturunan ular beludak, Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Hasilkanlah buah sesuai dengan pertobatan” (Mat 3:7-8). Kaum rohaniwan yang merasa diri suci dan bangga menjadi anak Abraham, merasa tidak perlu bertobat. Pada hal kelompok inilah yang perlu pertobatan. Kepada golongan pejabat, khususnya pegawai pajak dan pemungut cukai, diingatkan: ”Jangan menagih lebih banyak dari pada apa yang ditentukan” (Luk 3:12). Yohanes sangat mencela segala bentuk korupsi dan pungli, sehingga Yohanes mengingatkan golongan prajurit (angkatan bersenjata dan petugas keamanan) untuk tidak memeras dan menindas. Yohanes juga mengkritik pemerintah agar tidak menyalah gunakan wewenang dengan berkata: “Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu” (Luk 3:14). Orang banyak bertanya kepadanya: “Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?”. Jawabnya: “Barang siapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian” (Luk 3:10-11)

Situasi yang sangat tidak baik ditengah-tengah masyarakat ini akan membuat hidup bersama akan sulit. Tidak ada lagi damai, keamanan dan kebahagiaan. Setiap orang akan curiga dengan orang lain. Sesama manusia dianggap sebagai musuh yang siap menyerang. Situasi yang demikian ini tidak boleh dibiarkan berkembang. Maka Allah yang peduli dengan keselamatan dunia dan manusia merencanakan untuk menata kembali kehidupan dunia dan segala penghuninya dengan berkata melalui nabi Yesaya sebelum kedatangan Kristus.dalam bacaan pertama.

Nabi Yesaya sangat bagus melukiskan suasana keharmonisan sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan melalui sang pemimpin pilihan-Nya. Dalam bahasanya Yesaya, ‘Tunas’ yang tidak lain adalah Yesus Kristus sendiri. Dialah yang mendamaikan Allah dengan manusia. Digambarkan suasana damai dan harmonis seperti ini: “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan, seperti air laut yang menutupi dasarnya.” (Yes 11: 6-9). Sebuah keharmonisan yang memang sangat sulit dilakukan namun bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.

Yohanes Pembaptis meyakini hidup damai, harmonis, saling mengasihi dapat terwujud dalam diri Kristus Sang Penebus dan Penyelamat dunia. Untuk menyambut kedatangan Sang Penyelamat kita, Yohanes mewartakan seruan untuk bertobat. Pertobatan didahului dengan mengenali dosa-dosa kita, dan diikuti oleh membalikkan seluruh hati kita ke jalan Tuhan yang kita nantikan itu. Pertobatan itu dimulai, menurut Rasul Paulus, saat kita “saling menerima satu sama lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita untuk kemuliaan Allah” (Rm 15:7). Demikianlah, untuk mengusahakan damai itu, kita dapat memulai dengan pertobatan diri kita sendiri, dan tidak perlu menunggu pihak lain bertobat lebih dulu. Bagi kita umat Katolik, pertobatan dinyatakan dengan mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa, yang didahului oleh pemeriksaan batin yang memadai. Dengan menerima sakramen Pengakuan dosa, kita menerima rahmat pengampunan dari Tuhan dan kita dipulihkan ke keadaan semula, saat kita menerima ketujuh karunia Roh Kudus, melalui Baptisan dan Penguatan. Kita kembali diteguhkan dalam karunia Roh Tuhan, yaitu: roh hikmat, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan akan Allah, takut akan Tuhan dan kesalehan, yaitu yang kesenangannya adalah takut akan Tuhan (Yes 11:1-3).

Namun pengakuan dosa mensyaratkan kerendahan hati. Tentang kerendahan hati ini, kita dapat belajar dari teladan St. Yohanes Pembaptis itu sendiri. Ia adalah seorang nabi yang terbesar (lih. Mat 11:11), justru karena kerendahan hatinya. Ia tidak memperkenalkan dirinya sebagai nabi, namun hanya sebagai “suara yang berseru-seru di padang gurun…” untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan (lih. Yoh 1:23). Bahkan Yohanes Pembaptis mengatakan dirinya tak layak membuka kasut Yesus (Mat 3:11), sebuah tindakan paling sederhana yang umumnya dilakukan seorang hamba. Ia pun hidup dalam kemiskinan dan mati raga demi melaksanakan misinya sebagai perintis bagi Kristus. Ia membiarkan murid-muridnya pergi menjadi murid-murid Kristus. Semboyannya adalah agar Kristus semakin besar, dan dirinya sendiri menjadi semakin kecil (lih. Yoh 3:30). Semoga kita dapat menjadikn Kristus lebih besar dari diri kita sendiri. “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Mat 3:2)

Dari Biara Kapusin Helvetia Medan, saya Pastor Albertus Pandiangan OFMCap menyampaikan kepada kita semua salam damai. Semoga Allah memberikan kita damai dan sukacita. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)