DAMAI SEJAHTERA BAGI KAMU

Hari Minggu Paskah II – Kerahiman Ilahi; 16 April 2023

Kis 2:42-47; Mzm 118:2-4.13-15.22.24 1; Ptr 1:3-9; Yoh 20:19-31

Ketakutan sangat sering membuat manusia menjadi cemas dan tidak lagi melihat, merasa dan berpikir secara rasional. Orang yang mengalami sakit jantung atau kanker atau aids atau sakit yang mematikan pasti merasa takut. Kehilangan harta, kekayaan, akibat bencana akan membuat orang takut akan masa depannya. Demikian juga para murid sangat ketakutan kehilangan pemimpin sesudah kematian Yesus. Yesus Sang Guru yang diharapkan menjadi andalan masa depan dan jaminan kesejahteraan hidup mereka telah tiada. Itulah sebabnya para murid tidak berani keluar rumah. Mereka mengurung diri dalam rumah dengan ”pintu – pintu yang terkunci” (Yoh 20:19).

Yesus tidak menghendaki ketakutan, kecemasan, kebingungan dan kehilangan masa depan bahagia melanda kehidupan murid – murid-Nya dan seluruh manusia. Hanya damai, sukacita dan kerahiman yang berasal Tuhan akan membuat murid – murid-Nya sanggup hidup bahagia dalam cinta, iman dan pengharapan dalam persaudaraan. Maka sesudah kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri untuk membangkitkan iman murid – murid. Pertama bertemu dengan Maria Magdalena. Kemudian Yesus menampakkan diri-Nya kepada para murid-Nya. Mereka sedang berkumpul bersama dalam suasana ketakutan. Dalam suasana seperti inilah Tuhan hadir dan menyapa: ”Damai sejahtera bagi kamu”. Ia juga menganugerahi para rasul-Nya Roh Kudus dan kuasa untuk mengampuni dosa – dosa manusia. Yesus berkata: ”Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus Kamu. Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ”Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh 20:21-23). Dengan kehadiran Kristus yang bangkit para murid semakin kenal siapa Yesus. Mereka semakin percaya dan berani menjadi saksi kebangkitan Kristus.

Dan pada kesempatan lain, ketika para murid berkumpul, Tomas hadir. Murid – murid bercerita bahwa mereka sudah bertemu dengan Yesus yang bangkit. Tomas saat itu ragu dan minta bukti. Yesus datang untuk meyakinkan Tomas dengan berkata: ”Taruhlah jarimu disini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan taruhlah ke lambung-Ku, dan janganlah engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah”. Tomas menjawab Dia: ”Ya Tuhanku dan Allahku”. Kata Yesus kepadanya, ”Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh 20:27-29). Dengan kehadiran Yesus yang bangkit, Tomas semakin percaya dan menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan andalan hidupnya.

Damai sejahtera dari Kristus yang bangkit juga mengobarkan iman, kasih dan pengharapan para pengikut Yesus. Umat gereja perdana sungguh ditemani dan dikuatkan Yesus. Lukas dalam bacaan pertama menggambarkan situasi komunitas Gereja Perdana yang memiliki prinsip ”sehati dan sejiwa”. Ia melaporkan bahwa orang – orang Yahudi yang menjadi percaya dan memberi diri dibaptis memiliki tugas tertentu yakni bertekun dalam pengajaran para rasul dan terlibat dalam persekutuan. Apa yang dilakukan dalam persekutuan? Mereka memecahkan roti dan berdoa. Mereka tetap bersatu meskipun mereka memiliki banyak perbedaan. Harta milik pribadi mereka jual dan hasilnya dibagi – bagikan kepada semua orang sesuai dengan kebutuhan. Mereka sehati dan sejiwa. Dengan memiliki persekutuan yang erat, maka banyak orang menyukai mereka sehingga jumlah mereka bertambah banyak.

St. Petrus dalam bacaan kedua juga mengatakan bahwa dengan adanya kebangkitan Yesus Kristus, Allah telah melahirkan kita kembali dari antara orang mati kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. Oleh karena itu nama Tuhan Allah dan Bapa Tuhan Yesus Kristus patutlah dipuji dan disembah. Apakah yang kita harapkan sebagai anak – anak Tuhan yang berpengharapan? Kita menerima warisan yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar dan tidak dapat layu yang tersimpan di surga dan bumi. Kuasa Allah telah menguasai semua orang. Bahwa ada pencobaan – pencobaan dalam hidup merupakan cara untuk memurnikan iman dan kepercayaan kepada Tuhan. Kata kunci yang penting disini adalah lahir kembali.

Karena damai dan kekuatan yang diberi Kristus yang bangkit, maka hari ini Gereja merayakan Minggu kedua Paska menjadi Minggu Kerahiman Ilahi. Bersama kita merenungkan betapa besar belas kasih Allah, kerahiman-Nya yang memeluk setiap kita yang percaya kepada-Nya.

Apa yang istimewa dari Hari Minggu Kerahiman Ilahi? Tuhan Yesus ketika menampakkan diri-Nya kepada st. Faustina berpesan: ”Aku menghendaki Pesta Kerahiman Ilahi menjadi tempat perlindungan dan tempat bernaung bagi segenap jiwa – jiwa, teristimewa para pendosa yang malang. Pada hari itu lubuk belas kasihKu yang paling lemah lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa – jiwa yang menghampiri sumber kerahimanKu”. Gambaran kerahiman ilahi disimbolkan oleh Darah dan Air. Kita mengenang bagaimana lambung Yesus ditikam sehingga keluar darah dan air. Darah itu kiranya menjadi simbol yang membantu kita untuk memahami sakramen – sakramen di dalam Gereja, khususnya Ekaristi. Air menjadi simbol pembaptisan dan Roh Kudus yang senantiasa menjiwai hidup kita.

Maka Yesus adalah andalan kita. Maka di kala kita berada dalam ketakutan, kebingungan, lemah tak berdaya, sakit, berdosa, dan tidak punya pengharapan, mari kita datang kepada Yesus yang akan menemani kita dan memberi damai bagi umat manusia.

Dari Biara Kapusin Emmaus Helvetia Medan saya RP. Albertus Pandiangan, OFMCap. mengucapkan selamat merayakan hari Minggu Kerahiman Ilahi. Saya berdoa dan menyampaikan Damai sejahtera dari Tuhan kita Yesus Kristus. Selamat Paskah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)