Iman dan Hidup yang Berbuah
Mat 13:18-23
Dalam perumpamaan tentang penabur, Yesus menggunakan tiga simbol: penabur, benih dan tanah. Dalam perumpamaan, benih dilemparkan ke tanah oleh penabur. Penabur melambangkan Allah sendiri. Benih itu melambangkan Firman Tuhan. Keempat tanah melambangkan empat tipe orang seperti yang diilustrasikan dalam injil hari ini.
Yesus menggambarkan tanah pertama merupakan tanah di pinggir jalan (hati yang keras). Tanah dipinggir jalan itu umumnya keras. Tanah yang keras melambangkan seseorang yang dikeraskan oleh dosa; dia mendengar tetapi tidak mengerti Firman, dan Setan merebut Firman Allah itu, menjaga hati tetap kusam. Mereka tidak pernah menanggapinya. Mereka acuh tak acuh terhadap firman Allah.
Tanah kedua adalah tempat berbatu (hati yang dangkal). Tanah itu mengandung batu. Tanah ini melambangkan orang yang menghindari penderitaan atau penganiayaan. Mereka tidak dapat bertahan pada masa-masa sulit. Akibatnya, ketika orang ini diejek, atau mengalami kesulitan atau penganiayaan karena dia mengaku sebagai orang Kristen, mereka berhenti mengaku sebagai orang Kristen dan akhirnya menjadi murtad. Mungkin perlahan mereka berhenti menghadiri perayaan di lingkungan dan di gereja dan hingga akhirnya memutuskan meninggalkan imannya. Tanah berbatu melambangkan individu yang menjadi bersemangat karena Injil tetapi mereka tidak pernah berbuah karena imannya dangkal.
Tanah ketiga adalah tanah berduri (hati yang penuh sesak). Tanah ini melambangkan orang yang sangat khawatir, mencari kekayaan dan kesenangan dalam hidup ini. Awalnya, mereka mendengar Injil dan merespons dengan cara tertentu. Akhirnya, mereka ini tidak tumbuh secara spiritual. Mereka menghadiri gereja, tetapi tidak ada pertumbuhan rohani. Kekristenanku hanya sebatas dalam formulir atau KTP semata.
Tanah keempat dan terakhir adalah tanah yang baik (hati yang reseptif). Tanah ini melambangkan orang Kristen sejati karena mereka menghasilkan buah rohani. Imannya berakar dan menghasilkan buah. Tanah yang baik adalah karakteristik Kristen sejati yang digambarkan dengan mau mendengar, mengerti, dan menerima Firman — dan kemudian membiarkan Firman itu mencapai hasila dalam hidupnya.
Perumpamaan tentang penabur adalah tentang keselamatan. Mereka yang diselamatkan adalah bahwa mereka tetap dalam iman dan hidup mereka mencerminkan bukti keselamatan dalam buah yang mereka hasilkan.
Kita adalah orang-orang yang menentukan jenis tanah (hati) kita nantinya. Kita memutuskan apakah kita akan memiliki hati yang keras, hati yang dangkal, hati yang penuh sesak, atau hati yang reseptif (terbuka dan tanggap terhadap pendapat, saran, dan anjuran orang lain).
Setiap orang menerima benih, Firman Allah. Setiap orang memiliki potensi untuk panen, menjalani kehidupan yang berbuah, dan orang yang akan menghasilkan buah paling banyak adalah orang yang mau membuka hati dan dituntun oleh Allah bukan orang yang memiliki pengetahuan dan pengertian yang bertingkah langkah menurut kedegilan hatinya yang jahat.