Kasih sebagai Jalan Adaptasi, Akomodasi dan Moderasi dalam Kehidupan (1 Kor 12:31-13:13; Luk 7:31-35)
Amat fundamental dipertanyakan apa tujuan dasar atau motivasi seseorang untuk mengikuti seseorang atau melakukan sesuatu bagi dirinya maupun orang lain. Motivasi ini akan mempengaruhi arah, semangat dan cara menggapai yang akan diraih.
Cinta adalah prinsip utama atas semua yang kita lakukan. Ketika bukan cinta yang mendorong, tentu kita akan menemukan berbagai macam alasan untuk menolak pesan Tuhan. Saat kita berkomitmen pada cinta Tuhan dan cinta manusia, kita tidak akan argumentative (dalam arti selalu cari alasan), sombong, iri dan kesal.
Santo Paulus menulis dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, “Kasih selalu sabar dan baik hati; tidak pernah cemburu dan tidak pernah sombong; tidak pernah kasar atau egois; tidak tersinggung, dan tidak kesal. Kasih tidak menyukai dosa orang lain, tetapi senang dengan kebenaran; selalu siap untuk memaafkan, percaya, berharap, dan menanggung apa pun yang datang. ”
Ketika ada cinta di hati, kita diharapkan agar selalu siap untuk percaya, memaafkan dan merendahkan hati untuk melayani dan bekerja sama dengan orang yang kita cintai. Ini adalah optio fundamentalis yang dipilih dan dilakukan oleh Tuhan dalam penyesuaian, akomodasi dan moderasi terhadap umat-Nya.
Seorang pemimpin yang baik harus tahu kapan harus beradaptasi sehingga dia bisa menjangkau mereka yang terpinggirkan oleh kalangan-kalangan si “penguasa”. Melihat fenomen yang terjadi bahwa kita sering dibutakan oleh kurangnya kesadaran diri yang ditutupi dengan topeng kesombongan, keegoisan dan dusta. Akibatnya kehidupan pun dihiasi dengan retorika dan citra diri yang membuat orang lain terhanyut dalam keterpesonaan yang berujung pada sandiwara – kepurapuraan.
Untuk itu, mari hari demi hari memurnikan motivasi yang kita miliki dalam melayani Tuhan dan umat-Nya. Selidiki hati lebih dalam, dengarkan Dia yang menyapa dan akhirnya pelayanan yang tulus pun semakin bercahaya dalam kehidupan.