Mendengarkan Suara Tuhan, Bersabar dalam Kesesakan dan Bertekun dalam Doa I Samuel 1:9-20; Markus 1:21b-28
Orang-orang terkesan dengan otoritas pengajaran Yesus. Para nabi Perjanjian Lama telah mengajar dan menggunakan otoritas yang didelegasikan Allah. Yesus mengajar dengan menggunakan otoritas dan pengetahuan Ilahi. Pengetahuan tentang Allah, pemenuhan kehendak Allah yang sempurna dan keyakinan mutlak pada Allah adalah sumber otoritas dari Yesus.
Otoritas itu dapat kita lihat dalam penyembuhan dengan pengusiran setan yang dilakukan oleh Yesus di rumah ibadat. Yesus mengusir dengan satu perintah: “Diam, keluarlah daripadanya”. Di palestina, pada abad pertama, sebagian besar penyakit, terutama penyakit mental itu disebabkan kerasukan setan. Para pengusir setan baik itu Yahudi maupun kafir menggunakan prosedur yang panjang dan kekuatan fisik dalam pengusiran setan itu. Namun, Yesus hanya memerintahkan si jahat pergi. Si jahat itu pun pergi. Peristiwa ini membuat orang banyak kaget dan heran. Dengan demikian Yesus menunjukkan Keilahian sebagai Mesias Allah, Sang Juru Selamat yang lebih berkuasa daripada setan atau iblis.
Kesulitan yang dialami oleh Hana, dijawab oleh Tuhan. Dalam proses itu, Hana bergelut dengan segala yang dideritanya. Sudah tidak memiliki anak, ia dituduh sedang mabuk saat ia mencurahkan hatinya kepada Tuhan. Namun, oleh karena imannya, ia pun mendapat belas kasih dari Tuhan. Hana dikarunia seorang anak laki-laki dan diberi nama SAMUEL (aku telah memintanya dari Tuhan).
Kerap dalam kesulitan atau penyakit yang kita derita, kita tidak yakin bahwa Yesus dapat menyembuhkannya, sehingga berpaling mencari tabib/penyembuh yang paling “terkenal” dan dirasa mampu mengobati. Tak heran kepuasan akan penyembuhan pun berujung pada pencarian untuk berobat ke sana kemari tak jelas ke mana arahnya. Karena itu, alangkah baiknya, tetap mengandalkan iman pada Yesus seraya menggunakan instrument penyembuhan melalui para dokter atau medis seraya juga perhatian dan kasih sayang dari keluarga. Tetap sabar dalam kesesakan dan bertekun dalam doa. Tuhan pasti mengabulkannya.
Semoga kita mampu mendengarkan suara Tuhan dalam hati kita, sehingga suara-suara kecemasan, kekhawatiran dan keputusasaan yang mendominasi dan bergejolak dalam hidup dapat dikeluarkan oleh Tuhan yang bersabda.