Minggu Palma: Pujian Berujung Ujian
Hari ini, Minggu 5 April 2020, merupakan Hari Minggu Palma. Pada perayaan berahmat ini, RP. Francesco R. Zai OFMCap menyampaikan khotbah melalui video yang diunggah di youtube. Semoga umat beriman dapat terbantu untuk merenungkan dan menghayati perayaan pada hari ini. Selain video, teks khotbahnya pun turut dicantumkan di bawah ini.
SABDA SANG KHALIK
Minggu, 5 April 2020
Hari Minggu Palma, Tahun A/II
Warna Liturgi: Merah
BACAAN:
Bacaan pada Perarakan: Mat. 21:1-11.
Bacaan pada Ekaristi: Yes. 50:4-7; Mzm. 22:8-9,17-18a,19-20,23-24; Flp. 2:6-11; Mat. 26:14-27:66 atau Mat. 27:11-54
HOMILI:
Hari ini kita merayakan Hari Minggu Palma. Setiap kali kita merayakan Minggu Palma, kita memperingati Kristus Tuhan yang memasuki kota Yerusalem untuk menyempurnakan misteri penebusan umat manusia. Bila diperhatikan dengan seksama, Liturgi hari ini sungguh menarik dan sarat makna.
Perayaan dimulai dengan kembali menghadirkan suasana kegembiraan dan sukacita tatkala Yesus memasuki kota Yerusalem dan disambut serta dielu-elukan sebagai Raja. Sebagaimana dicatat oleh para Penginjil, orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan; ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon dan menebarkannya di jalan. Dan orang banyak yang berjalan di depan dan di belakang Yesus berseru: “Hosana bagi Anak Daud! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Hosana di tempat yang Mahatinggi!
Ternyata kegembiraan, sorak-sorai dan elu-eluan orang banyak itu tidak bertahan lama. Sebab setelah Yesus tiba di kota Yerusalem, Ia ditangkap, disesah dan disalibkan. Hal itu tampak juga dalam liturgi hari ini. Usai acara perarakan yang penuh dengan suasana kegembiraan itu, perayaan diteruskan dengan liturgi sabda yang mengajak seluruh umat beriman untuk merenungkan misteri sengsara Tuhan dalam menyelamatkan manusia. Akan tetapi, karya penyelamatan itu tidak berakhir pada sengsara dan wafat Kristus melainkan menjadi sempurna dalam kebangkitan-Nya.
Pengurbanan Kristus yang sempurna itu hadir secara nyata di dalam Ekaristi. Tubuh dan darah-Nya sungguh-sungguh memberikan kehidupan bagi manusia.
Refleksi atas Perayaan Minggu Palma mengajak kita untuk memetik beberapa buah permenungan, yakni:
1. Hakikat pujian adalah ujian. Tadi telah dikemukakan bahwa orang banyak memuji dan mengelukan Yesus sebagai raja. Namun, sorak-sorai itu menjadi ujian ketika Yesus harus menanggung penderitaan. Yesus rela melewati ujian itu dengan menanggung penderitaan dan mencapai kemenangan melalui kebangkitan. Dengan itu Yesus menunjukkan bahwa sorak-sorai dan pujian yang ditujukan kepada-Nya sebagai raja adalah benar, pantas dan layak. Namun, kerajaan-Nya bukanlah kerajaan duniawi, melainkan kerajaan cinta kasih. Karena itu bila ada orang yang memuji kita, sebenarnya pujian seperti itu merupakan ujian atau tantangan bagi kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang baik, yang menarik, tidak hanya secara lahiriah tetapi juga secara batiniah.
2. Yang manis jangan cepat ditelan, siapa tau racun, dan yang pahit jangan cepat dibuang sebab siapa tau itu adalah obat. Artinya, pujian tak boleh membuat kita menjadi lupa diri dan hinaan tak boleh membuat kita goyah. Sama seperti Yesus yang tidak terlena dengan sorak-sorai serta pujian orang banyak dan juga tidak menyerah dengan penderitaan salib, demikian juga hendaknya kita menjadi pribadi-pribadi yang mempunyai pendirian dan mempunyai prinsip hidup yang teguh. Kita memaknai pujian sebagai challenge (tantangan) sekaligus pendorong atau penyemangat untuk melakukan hal-hal yang lebih baik lagi. Namun di sisi lain, kita pun memaknai kritikan, teguran dan bahkan hinaan sebagai sarana untuk melakukan evaluasi diri agar semakin bertumbuh dan berkembang secara matang dalam kebajikan, terutama dalam menghayati dan mengejawantahkan nilai-nilai iman akan Allah.
Akhirnya, saya mengucapkan selamat memasuki Pekan Suci. Semoga Allah senantiasa menyertai dan menaungi kita semua dengan berkat-Nya.- Amin. (RP. Francesco R. Zai, OFMCap)