Pesta Kehidupan: Menerima dan Melakukan Berkat Tuhan
Diliputi rasa benci, dendam dan emosi negative lainnya, ahli Taurat dan orang Farisi berusaha untuk menjatuhkan Yesus dalam pelayanan kasih-Nya. Mereka berdalih bahwa penyembuhan di hari Sabat yang dilakukan Yesus adalah pelanggaran pada hari Sabat. Menurut mereka Yesus melanggar perintah Allah sebab tidak menguduskan hari Sabat, hari kudus untuk Tuhan.
Inilah kedegilan dan ketegaran hati para pemimpin, yang selalu terusik oleh kebaikan yang dilakukan orang lain. Mereka senantiasa hidup dalam dosa sehingga menolak untuk mempertimbangkan kembali rute yang mereka ambil melainkan mengarah pada dosa yang lebih lanjut. Kemarahan mereka menghasilkan kebodohan. Mereka secara membabi buta mengalihkan kesalahan dan kemudian menambah kesalahannya dengan mencari cara yang kasar untuk menghilangkan pengingat akan kegagalannya.
Meskipun demikian, tindakan Yesus menunjukkan bahwa sabat adalah waktu yang tepat untuk melayani dan memenuhi kebutuhan umat. Sebab makna hari Sabat yang sesungguhnya dalah menerima berkat dari Allah dan memberikan berkat itu pada sesama.
Perbuatan baik pada hari Sabat sangat diperbolehkan. Yesus tidak hanya menyatakan otoritasnya, Dia menjalaninya. Penyembuhan hari Sabat ini mendukung pernyataan Yesus bahwa Ia membawa sesuatu yang baru, sambil menekankan apa yang seharusnya selalu menjadi karakteristik dari hari Sabat: melayani yang baik kepada orang lain. Pemulihan tangan kanan yang mati adalah mosi percaya untuk Yesus dan teguran yang terlihat bagi para pemimpin.
Inilah pesta kehidupan. Mari kita berpakaian pesta bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, melainkan dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.