Stigmatisasi St. Fransiskus Assisi: Bercermin dari Sang Imitatio Christi
Empat puluh hari lamanya sebelum perayaan Pesta Santo Mikhael Malaikat Agung dalam keheningan doa dan tapa berada Gunung La Verna, engkaupun menerima hadiah istimewa dalam penglihatan Seraphim.
Hadiah itu dilekatkan pada bagian kelima bagian tubuhmu oleh ukiran tangan Allah yang hidup.
Luka yang perih dan menyakitkan namun amat sangat membahagiakan, yakni kelima luka Kristus yang Tersalib.
Dalam doanya, Fransiskus memohon: “Tuhanku Yesus Kristus, saya mohon kepada-Mu karuniakanlah dua anugerah sebelum saya meninggal. Yang pertama ialah agar Kauizinkan merasakan – dalam jiwa ragaku – sebanyak mungkin penderitaan hebat yang Engkau, Yesus Yang Manis, telah rasakan pada saat sengsara-Mu yang amat pahit itu. Yang kedua ialah agar saya boleh merasakan dalam hatiku sebanyak mungkin cinta yang tak terbatas, dengan mana Engkau, Putera Allah, tergerak dan mau menanggung sengsara sedemikian itu bagi kami para pendosa.”
Pertobatan Fransiskus sungguh mengubah pola hidupnya secara drastis, tidak tanggung-tanggung dan sungguh penuh komitmen. Tak ada yang lebih indah selain mengikuti Kristus secara lebih dekat dan begitu sempurna. Begitulah ia perbuat setelah perjumpaan dengan Kristus. Baginya, Kristus menjadi tujuan dan sumber hidupnya. Ia tak lagi hanya meneladani Kristus (Imitatio Christi) bahkan ia telah menjadi serupa seperti Kristus, Alter Christus (Kristus yang lain).
Inilah harapannya kepada kita yang menyebut diri sebagai pengikut Kristus. Mari berjuang dengan setia menjadi peniru Kristus (Imitatio Christi) dan mengandalkan Kristus dalam tugas, pelayanan dan hidup kita.