To be Number One
Setiap pribadi menghendaki agar dirinya mendapat posisi atau pangkat yang bagus di dalam sebuah tatanan masyarakat demi sebuah kehidupan yang lebih baik. Hal ini dirasakan oleh Ibu Yakobus dan Yohanes saat meminta kepada Yesus kelak kedua anaknya itu bisa mendapat posisi yang bagus di dalam kemuliaan Kerajaan Allah.
Yesus tidak serta merta mengiyakan permintaan ibu kedua murid-Nya itu sekalipun itu bisa dibuat-Nya (kalau kita lihat dari kaca mata Keallahan Yesus). Justru Yesus memberikan sudut pandang yang kiranya menjadi keutamaan bagi para pemimpin. “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.”
Setiap pribadi adalah pemimpin, sekurang-kurangnya menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Saat aku kelak menjadi pemimpin untuk banyak orang, aku seharusnya menyadari bahwa kepemimpinanku adalah melayani Allah yang terkandung dalam kepentingan banyak orang bukan melayani kepentinganku atau kepentingan pihak-pihak tertentu. Bukan juga berambisi untuk menjadi pemimpin. Bukan juga membungkus kegiatan yang dilakukan seolah-olah demi tujuan mulia untuk “pelayanan gereja” namun di dalamnya terkandung maksud jahat dan busuk.
Yesus adalah teladan kepemimpinan. Dia datang bukan untuk dilayani melainkan melayani. Pelayanan yang dilakukan Yesus itu sungguh luar biasa, sepenuh tai dan tidak setengah-setengah, hingga Ia menyerahkan nyawa-Nya bagi keselamatan umat manusia.
Mari bercermin dan sekaligus berbenah diri atas gaya kepemimpinan yang kita lakukan selama ini, entah itu di dalam keluarga, sekolah, masyarakat dan gereja. Dalam semangat pelayanan itulah terkandung kebesaran dan keterkemukaan seorang pemimpin. Dan pemimpin yang baik dan benar itu membawa umat untuk semakin percaya kepada Allah serta menghasilkan ucapan syukur semakin melimpah bagi kemuliaan Allah.