Wanita Benar dan Pria Sejati
Homili Senin, Pekan Prapaska V
Tahun A/II
BACAAN: Dan 13: 1-9.15-17.19-30.33-62, Yoh 8:1-11.
Sabda Tuhan hari ini mengangkat dua kisah tragis tapi sarat makna. Bacaan pertama yang diambil dari Kitab Daniel berkisah mengenai Susanna, seorang wanita yang cantik, istri dari seorang yang kaya dan terhormat, yakni Yoyakim, seorang wanita yang beriman. Kitab Daniel melukiskan Susanna sebagai wanita yang memiliki segalanya: paras yang cantik, kekayaan, tapi juga iman. Rumah Yoyakim dan Susanna itu rupanya menjadi tempat berkumpul orang-orang Israel di Babel.
Sebagai wanita yang cantik, tentu saja penampilan Susanna menarik banyak laki-laki, secara khusus dua orang tua-tua. Keduanya bukan saja tertarik tetapi punya niat jahat terhadap Susanna yakni ‘bercampur’ dengannya. Mereka mempelajari kemungkinan-kemungkinan untuk dapat melaksanakan niat jahat itu. Mereka menyadari bahwa dengan profesinya sebagai hakim, mereka akan dipercayai oleh masyarakat jika melakukan tuduhan dan fitnah terhadap Susanna. Mereka tahu kapan Susanna sendirian. Maka, tibalah waktu yang sudah tepat menurut perkiraan mereka. Mereka merealisasikan rancangan jahatnya, tetapi sayang, semuanya tidak berjalan seperti direncanakan. Mereka tidak sampai bercampur dengan Susanna, lalu membuat fitnah atas Susanna. Fitnah itu benar-benar mengancam nyawa Susanna.
Rencana tua-tua itu gagal karena kehadiran Daniel yang melihat bahwa kedua tua-tua itu telah melakukan kebohongan. Daniel hadir sebagai penunjuk jalan dan pembela kebenaran. Penulis kitab menyebutkan bahwa kehadiran Daniel itu merupakan buah doa dari Susanna sendiri. Ia menyampaikan dirinya kepada Tuhan dan memohon agar Tuhan menunjukkan keadilan. Dan Tuhan mendengarkan seruannya dan bertindak dengan mengutus Daniel sebagai pemuda yang berani membela Susanna. Daniel membebaskan Susanna dari hukuman mati, dan membuat kedua tua-tua itu menerima balasan atas kejahatan mereka. Demikianlah, Susanna yang cantik, beriman dan tidak bersalah itu, diselamatkan oleh tangan Tuhan sendiri dari kedengkian tua-tua yang berprofesi sebagai hakim bagi masyarakat.
Bacaan Injil diambil dari Yohanes. Perikop Injil Yohanes juga bertutur mengenai seorang wanita Israel yang disebutkan kedapatan berbuat zinah. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa wanita itu kepada Yesus untuk mencobaiNya. Lalu mereka menyampaikan bahwa wanita demikian harus dilempari dengan batu menurut hukum Musa. Sekarang mereka meminta tanggapan Yesus atas hal itu. Yesus tidak bertanya untuk menyelidiki apakah benar wanita itu telah berbuat zinah, dan seterusnya. Mungkin Yesus berpikir bahwa tidak ada gunanya berdiskusi dengan orang yang bermaksud jahat.
Karena terus didesak untuk memberikan jawaban, Yesus justru mengatakan agar siapa yang tidak berdosa, dialah yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu. Tetapi dengan jawaban seperti itu, mereka mundur satu per satu karena memang semuanya berdosa. Sesama pendosa memang seringkali memikirkan kejahatan terhadap sesamanya. Dalam kisah ini pun jelas kepalsuan dan kejahatan para ahli taurat dan orang-orang Farisi itu.
Sabda Tuhan hari ini mengangkat dua wanita yakni Susanna yang tidak bersalah tapi terancam oleh hukuman mati karena fitnah tua-tua, tetapi diselamatkan oleh Daniel, serta seorang perempuan yang didapat berbuat zinah, lalu diselamatkan oleh Yesus dari hukuman dilempari batu. Dua wanita itu berada dalam posisi lemah, dan dipersalahkan.
Dari Daniel dan Tuhan Yesus kita bisa belajar untuk melindungi orang-orang yang lemah yang sering menjadi sasaran kejahatan sesamanya. Daniel dan Yesus membela kebenaran dan kehidupan. Pria sejati mesti membela kebenaran dan kehidupan. Dari Susanna kita bisa belajar untuk memegang teguh iman akan Tuhan dan berserah kepadanya walaupun secara lahiriah memiliki hidup yang lebih mujur dari orang lain. Amin. (P. Fiorentius Sipayung).