YESUS YANG BANGKIT ADALAH TUMPUAN HARAPAN KITA

Kis 2:14.22-23; Mzm 16:1-11; 1Ptr 1:17-21; Luk 24:13-35

Dua orang murid Yesus meninggalkan Yerusalem untuk kembali ke Emmaus kampung halaman mereka. Mereka sangat sedih dan kecewa atas kematian Yesus yang menjadi tumpuan harapan mereka. Kedua murid ini menceritakan kekecewaan mereka akan Yesus kepada orang asing yang tak lain adalah Yesus sendiri. Orang asing itu (Yesus) menemani mereka sepanjang perjalanan dari Yerusalem ke Emmaus yang jaraknya kurang lebih 10 kilometer. Sepanjang perjalanan Yesus dengan sabar mendengarkan keluh-kesah dan harapan-harapan mereka yang tidak kesampaian. Yesus yang diharapkan menjadi andalan mereka ternyata hidup-Nya berakhir dengan kematian. (Luk 24:21). Kedua murid berjalan sedih dengan muka muram. Saat itu ”hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam” (Luk 24:29). Kedua murid mendesak agar Yesus tinggal bersama mereka.

Maka terjadilah peristiwa yang tak terduga. Yesus, yang mereka lihat sebagai orang asing itu, menanggapi cerita kedua murid itu dengan berkata: ”Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya akan segala sesuatu yang dikatakan para nabi” (Luk 24:25). Bahasa tanggapan Yesus yang seolah-olah keras, dimaksudkan sebagai undangan kepada murid-murid-Nya untuk berpikir dan memahami apa yang sebelumnya pernah tiga kali telah dikatakan oleh Yesus. Tiga kali Yesus menyampaikan kepada murid-murid-Nya (Luk 9:22; 9:33-45; 18:31-34) jalan yang harus ditempuh oleh Mesias. Telah dinubuatkan Mesias harus menderita menuju kemuliaan-Nya. Ia akan menghadapi musuh, menderita dan bahkan dibunuh, tetapi akan dibangkitkan pada hari ketiga. Tiap kali murid-murid-Nya tidak bisa memahami mengapa Mesias harus menderita, bahkan dibunuh, agar dapat menerima kemuliaan-Nya. Akhirnya kedua murid itu mengenal Yesus dalam perjamuan makan. Mereka makan bersama dalam suasana persaudaraan dan kekeluargaan yang paling akrab. Ketika mereka makan bersama, saat Yesus mengambil roti, memberkati, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kedua murid dari Emmaus baru mengenal Yesus kembali. Hati mereka berkobar-kobar dan bersemangat kembali. Mereka kembali ke Yerusalem dan memberi kesaksian tentang Yesus yang bangkit.

Sungguh Yesus yang bangkit menjadi dasar pengharapan kita akan keselamatan dan kehidupan kekal. Allah akan tetap peduli terhadap manusia yang diciptakan menurut citra Allah. Bukan hanya karena manusia tercipta menurut citra Allah, tetapi lebih lagi karena manusia juga ditebus oleh Kristus dengan harga darah-Nya. (Bacaan I dan II). Putra Allah yang merendahkan diri dan mengambil rupa seorang manusia menunjukkan betapa luhurnya manusia itu dalam pandangan Allah. Keyakinan akan nilai dan martabat manusia terungkap secara menakjubkan dalam mazmur, ”Engkau tidak membiarkan aku ke dunia orang mati.  Orang yang Kau kasihi tidak Kau biarkan binasa. Sebaliknya, Kau tunjukkan kepadaku jalan menuju kehidupan” (Mzm 16:10-11).

Dalam perjalanan hidup beriman, kita juga sering seperti kedua murid Emmaus. Cukup sering kita mengalami krisis iman dan mau meninggalkan Kristus yang telah kita terima dalam sakramen baptis. Kita merasa ditinggalkan Yesus. Betapa banyak orang, mungkin juga orang-orang yang terdekat dengan kita, juga mengalami kekecewaan. Mereka bergumul dengan rasa sakit hati dan sedih karena harapan mereka kandas di tengah jalan. Atau mereka mengalami merasa ditinggalkan. Sering juga kita seperti kisah kedua murid, yang memang sedang sedih dan kecewa, karena ditinggalkan Yesus. Dan karena itu, kita pergi meninggalkan Yerusalem (Gereja-Nya). Dewasa ini ada banyak orang yang meninggalkan Gereja, karena berpikir bahwa Gereja tak lagi berarti dan penting. Gereja dianggap terlalu jauh dari kebutuhan mereka, kurang memperhatikan mereka, mungkin terlalu dingin, terlalu identik dengan masa lalu dan kurang cakap menjawab pertanyaan – pertanyaan masa kini, bagaikan lahan gersang yang tak mampu melahirkan sesuatu yang punya makna. Dan seterusnya.

Namun, sebagaimana kedua murid yang kembali ke Yerusalem setelah bertemu dengan Kristus yang bangkit, maka kita pun kembali ke dalam Gereja tempat Yesus yang bangkit hadir. Dalam Injil hari ini Santo Lukas memberitakan bahwa dua murid Emmaus mengenal Yesus yang bangkit di saat ”pemecahan roti”. Demikian hendaknya, dengan menghadirkan kembali peristiwa ”pemecahan roti” atau Ekaristi dalam Gereja-Nya yang kudus, Yesus memperlihatkan kepada kita kehadiran-Nya. Pemecahan roti menyatukan kita semua kembali dengan Kristus. Dalam ”pemecahan roti” hati kita akan dikobarkan dan iman akan Kristus yang bangkit diteguhkan. ”Pemecahan roti atau Ekaristi” menjadi tanda kehadiran Tuhan yang bangkit dan mempersatukan semua warga-Nya dalam tubuh yang satu adalah Gereja.

Biara Kapusin di Helvetia Medan kami namai ”BIARA KAPUSIN EMMAUS”. Di biara ini Yesus tinggal bersama kami dalam suasana keakraban dan persaudaraan. Dalam Ekaristi setiap hari bersama umat yang hadir, Yesus akan tetap mengambil roti, memberkati, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada kami yang mengadakan perjamuan bersama-Nya. Seperti kedua murid dari Emmaus, kami disemangati Kristus yang bangkit dan hati kami berkobar – kobar dan tetap satu dalam Gereja-Nya. Maka hari ini saya RP. ALbertus Pandiangan, OFMCap bersama semua pastor, Frater dan Bruder Kapusin yang tinggal di Biara Kapusin Emmaus Helvetia Medan memberi kesaksian bahwa Kristus telah bangkit, Alleluya, Alleluya, Alleluya. SELAMAT PASKAH bagi kita semua. Tuhan memberkati. Selamat datang ke Biara Kapusin Emmaus Helvetia Medan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)